PELAWAT MAYA

Tuesday, January 12, 2010

OLAH NAFAS TENAGA DALAM

OLAH NAFAS TENAGA DALAM
1. Nafas perut
Tekniknya tarik nafas lewat hidung, perut ikut mengembang…buang halus lewat hidung sambil perut dikempiskan sekempis-kempisnya. Agak ditekan sedikit ke dalam. Gak perlu tahan nafas, otomatis antara tarikan dan buang nafas ada jeda barang sedetik sih. Inget untuk selalu rileks…gak perlu pakai konsentrasi berlebihan, tp cukup pindahkan perhatian pikiran ke perut. Posisinya bisa duduk atau bersila. Sebisa mungkin jangan bersandar. Lakukan min sepuluh menit. Kalau dasarnya udah kuat entar ada hawa hangat di perut. Kalau dilakukan semakin lama ntar atmosfir udara di sekeliling loe berubah jd sejuk, agak2 dingin malah.

2. Nafas dada

Tarik nafas lewat hidung, dada yang mengembang/naik. Usahakan posisi perut tetap rata, jd udara gak terlalu banyak masuk ke perut. Tahan senyaman mungkin. Idealnya minimal 3 detik. Semakin lama semakin bagus, tp yang terpenting sesuai kesanggupan…loe ngerasa nyamannya berapa lama. Buang halus lewat mulut. Otomatis dada ikut mengempis. Usahakan semua otot tubuh rileks. Cukup pindahkan perhatian pikiran ke dada. Lakukan minimal 10 menit juga. Kalau ada rasa hangat di dada pertahankan fokus perhatian ke rasa hangat td.

3. Nafas diafragma

Tarik nafas lewat hidung, tp dada + perut sama2 ikut mengembang. Pindahkan fokus perhatian ke ulu hati. Biasanya ada sedikit terasa tekanan di daerah ulu hati. Tahan senyaman mungkin, lalu buang halus lewat mulut sambil mengempiskan dada+perut. Tetap rileks…Lakukan minimal 10 menit juga.
Jd urutan latihan seperti diatas, nafas perut, lalu pindah ke nafas dada, lalu langsung pindah ke nafas diafragma. Usahan perpindahan antar tiap nafas sesmooth mungkin, and tanpa putus. Setelah kelar, lakukan lg nafas perut dengan santai…fokuskan perhatian ke area solar plexus (antara pusar dan perut bawah). Lakukan sampai terasa hawa hangat di area ini, kalau terasa teruskan nafas perut minimal 5 menit lg. Kalau tidak terasa hawa hangat, cukup lakukan nafas perut sampai suhu tubuh normal atau hawa disekeliling menjadi sejuk. (umumnya dalam proses latihan td suhu tubuh meningkat sampai mengeluarkan keringat yang cukup banyak).Ini harus dilakukan, untuk menyimpan tenaga dalam yang sudah bangkit td di solar plexus…
Setelah itu duduk/bersila, posisikan kedua telapak tangan di atas lutut dengan telapak tangan menghadap keatas. Niatkan menyerap energi alam dan ditampung di tangan td. Dengan berniat otomatis otak mengirimkan perintah ke tubuh untuk mempersiapkan diri menyerap energi. Setelah itu rasakan dikedua telapak tangan….ada sensasi energi tidak? Kalau ada cukup pertahankan fokus perhatian ke kedua telapak tangan, sampai terasa berat/hangat sekali. Bayangkan energi yang diserap td tertampung di kedua tangan dan membentuk bola energi…..Setelah cukup (pakai intuisi bro…) masukkan ke tubuh melalui ubun2. Caranya angkat kedua telapak tangan yang sudah ada bola energinya td ke atas ubun2…lalu gerakkan ke arah belakang kepala sambil berniat/membayangkan energi masuk dan menyebar ke seluruh tubuh. Ulangi min 5 kali….
Untuk yang tidak merasakan sensasi energi di telapak tangan pada saat melakukan penyerapan energi alam ini, silakan lakukan latihan kepekaan dasar berikut:
1. Gosok2 kan kedua telapak tangan perlahan-lahan, kemusian semakin lama semakin cepat sampai kedua telapak tangan terasa panas.2. Setelah terasa panas, pisahkan kedua tangan dalam jarak +/- 25-30 cm, dalam posisi saling berhadapan di depan dada.3. Fokuskan perhatian ke ruang kosong antara kedua telapak tangan, rasakan sensasi gelombang elektromagnetic yang terjadi.4. Apabila terasa sensasi energi yang cukup kuat, jauhkan jarak antara kedua telapak tangan perlahan-lahan sambil tetap merasakan sensasi energi yang ada.5. Tahan jarak kedua telapak tangan sampai maksimal +/- 60 cm. Kemudian dekatkan lagi perlahan-lahan.6. Ulangi langkah 1-5 diatas beberapa kali.
Tips:
-Lakukan serileks mungkin, gak perlu terlalu dipaksakan. Tahan nafasnya cukup senyaman mungkin…sekuat loe deh! Kalau gak kuat 10 menit tiap nafas, boleh 5 menit-5 menit dulu…-Usahakan pakai baju yang agak longgar, jangan memakai aksesoris apapun (jam tangan, cincin dll)-Untuk latihan nafas lakukan dengan mata terbuka..untuk menghindari ada pengejangan di area otot wajah dan kepala, sehingga energi latihan tdk banyak yang tersalur ke area kepala dl…-Untuk penyerapan energi alam bs dilakukan dalam kondisi mata tertutup, dan lakukan dengan pernafasan biasa atau nafas perut..(silahkan pilih yang lebih nyaman & rileks)
Warning :- Untuk teknik Latihan Pernafasan Jangan disatukan, dimodifikasi dengan teknik latihan lain walaupun mirip. Pada teknik selanjutnya akan ada teknik membuka jalur energi yang apabila dikombinasikan bukan dengan teknik pernafasan diatas akan berakibat buruk bagi kesehatan.

AMALAN DOA HARIAN

AMALAN DOA HARIAN

1.Do’a Sebelum Makan

Allahumma baarik lanaa fiimaa razaqtana wa qinaa ‘adzaa-bannaari Bismillahirrahmaaniraahiimi.

Artinya : Ya Allah berkahilah kami dalam rezki yang telah Engkau limpahkan kepada kami, dan peliharalah kami dari siksa neraka. Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (HR. Ibnu as-Sani)

2. Do’a Sesudah Makan

Alhamdulillahilladzii ath’amanaa wa saqaanaa wa ja’alanaa muslimiina

Artinya : Segala puji bagi Allah Yang telah memberi kami makan dan minum, serta menjadikan kami muslim. (HR. Abu Daud)

Alhamdulilaahilladzi ath’amanii hadzaa wa razaqaniihi min ghayri hawlin minnii wa laa quwwatin.

Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini dan melipahkannya kepadaku tanpa daya dan kekuatanku. (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

3. Do’a Sebelum Tidur

Bismikallahhumma ahyaa wa bismika amuutu.

Artinya : Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Do’a Sesudah Bangun Tidur

Alhamdulillaahil ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhin nusyuuru

Artinya : Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah mematikan kami. Kepada-Nya-lah kami akan kembali (HR. Bukhari)

5.Do’a Terkejut Bangun Dari Tidur

A’uudzu bikalimaatillahit tammaati min ghadhabihi wa min syarri ‘ibaadihi wa min hamazaatisy syayaathiini wa an yahdhuruuni

Artinya : Aku berlindung dengan kalimah Allah yang sempurna dari kemarahan Allah dari kejahatan hamba-hamba-Nya dan dari gangguan setan dan dari kehadiran mereka (HR. Abu Daud dan Tir-middzi)
6.Do’a Mimpi Baik

Alhamudlillaahirrabbil ‘alamiina

Artinya : Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam (HR. Bukhari)

7.Do’a Mimpi Tidak Baik

Allaahumma innii a;uudzu bika min ‘amalisy syaythaani, wa sayyi’aatil ahlaami

Artinya : Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan setan dan dari mimpi-mimpi yang buruk (HR. Ibn as-Sani)

8.Do’a Sesudah Duduk Bangun Tidur

Laa ilaaha illaa anta subhaanaka allahuma zidnii ‘ilman wa laa tuzigh qalbii ba’da idz hadaitanii wa hablii min ladunka rahmatan innaka antal wahhaabu.

Artinya : Tidak ada Tuhan melainkan Engkau, maha suci Engkau ya Allah, aku minta ampun kepada-Mu tentang dosa-dosaku, dan aku mohon rahmat-Mu tentang dosa-dosaku, dan aku mohon rahmat-Mu. Ya Allah, tambahlah ilmuku dan janganlah Engkau gelincirkan hatiku setelah Engkau memberi petunjuk kepadaku, dan karuniakanlah rahmat untuk-ku daripada-Mu, sesungguhnya Engkaulah yang maha Memberi. (HR. Abu Daud)

9.Do’a Menjelang Shubuh

Allaahumma innii a’uuzdu bika min dhiiqid dun-yaa wa dhiiqi yaumil qiyaamati.

Artinya : Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesempitan dunia dan kesempitan hari kiamat. (HR. Abu Daud)

10. Do’a Menyambut Datangnya Pagi

Ashbagnaa wa ashbahal mulku lillaahi ‘Azza wa jalla, wal hamdu lillaahi, wal kibriyaa’u wal ‘azhamatu lillaahi, wal khalqu wal amru wallailu wannahaaru wa maa sakana fiihimaa lillaahi Ta’aalaa. Allahummaj’al awwala haadzan nahaari shalaahan wa ausathahu najaahan, wa aakhirahu falaahan, yaa arhamar raahimiina.

Artinya : Kami telah mendapatkan Shubuh dan jadilah segala kekuasaan kepunyaan Allah, demikian juga kebesaran dan keagungan, penciptaan makhluk, segala urusan, malam dan siang dan segala yang terjadi pada keduanya, semuanya kepunyaan Allah Ta’ala. Ya Allah, jadikanlah permulaan hari ini suatu kebaikan dan pertengahannya suatu kemenangan dan penghabisannya suatu kejayaan, wahai Tuhan yang paling Penyayang dari segala penyayang.

Allahumma innii as’aluka ‘ilman naafi’an wa rizqan thayyiban wa ‘amalan mutaqabbalan
Artinya : Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu ilmu yang berguna, rezki yang baik dan amal yang baik Diterima. (h.r. Ibnu Majah)

11. Do’a Menyambut Petang Hari

Amsainaa wa amsal mulku lillaahi walhamdulillahi, laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lahu. Allahumma innii as’aluka min khairi haadzihil lailati wa khhaiiri maa fiihaa, wa a’uudzu bika min syarrihaa wa syarrimaa fiihaa. Allaahumma innii a’udzuu bika minal kasali walharami wa suu’il kibari wa fitnatid dun-yaa wa ‘adzaabil qabri.

Artinya : Kami telah mendapatkan petang, dan jadilah kekuasaan dan segala puji kepunyaan Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan malam ini dan kebaikan yang terdapat padanya dan aku berlindung dengan-Mu dari kejahatannya dan kejahatan yang terdapat padanya. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari malas, tua bangka, dan dari keburukan lanjut umur dan gangguan dunia dan azab kubur. (HR. Muslim)

Allaahumma anta rabbii, laa ilaaha illaa anta, ‘alaika tawakakaltu wa anta rabbul ‘arsyil ‘azhiimi, maa syaa’allahu kaana, wa maa lam yasya’ lam yakun. Laa haula wa laa quwwata illaa billahil ‘alliyyil ‘azhiimi. A’lamu annallaaha ‘alaa kuli syai’in qadiirun, wa annallahu qad ahaatha bukillin syai’in ‘ilman. Allahumma innii a’uudzu bika min syarri nafsii, wa min syarri kuli daabbatin anta aakhidzun bi naashiyatihaa. Inaa rabbii’alaa shiraathin mustaqiimin.

Artinya : Ya allah, Engkaulah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang lain kecuali Engkau, kepada-Mu aku bertawakkal, dan engkau adalah penguasa ‘Arasy Yang Maha Agung, apa yang dekehendaki Allah pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya, tidak akan terjadi, tidak ada daya dan uapaya melainkan dengan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Besar. Aku mengetahui bahwa Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu, dan bahwa pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu. Ya Allah, aku berlindung dengan-Mu dari kejahatan dariku, dan kejahatan setiap binatang yang melata yang Engkau dapat bertindak terhadapnya, sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.

12. Do’a Masuk Rumah

Assalaamu ‘alaynaa wa ‘ alaa ‘ibaadillahish shaalihiina. Allaahumma innii as-aluka khayral mawliji wa khayral makhraji. Bismillahi walajnaa wa bismillaahi kharahnaa wa ‘alallahi tawakkalnaa, alhamdulilaahil ladzii awaanii.

Artinya : Semoga Allah mencurahkan keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba-Nya yang shalih. Ya Allah, bahwasanya aku memohon pada-Mu kebaikan tempat masuk dan tempat keluarku. Dengan menyebut nama-Mu aku masuk, dan dengan mneyebut nama Allah aku keluar. Dan kepada Allah Tuhan kami, kami berserah diri. Segala puji bagi Allah yang telah melindungi kami. (HR. Abu Daud)


13. Do’a Keluar Rumah

Bismilaahi tawakkaltu ‘alallahi wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahi.

Artinya : Dengan menyebut nama Allah, aku menyerahkan diriku pada Allah dan tidak ada daya dan kekuatan selain dengan Allah saja. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

14. Do’a Menuju Masjid

Allaahummaj’al fii qalbii nuuran wa fii lisaanii nuuran waj’al fii sam’ii nuuran waj’al fii basharii nuuran waj’al min khalfii wa min amaamii nuuran waj’al min fawqii nuuran wa min tahtii nuuran. Allahumma a’thinii nuuran.

Artinya : Ya Allah, jadikanlah dalam qalbuku nur, dalam lisanku nur, jadikanlah dalam pendengaranku nur dan dalam penglihatanku nur. Jadikanlah dari belakang-ku nur dan dari depanku nur. Jadikanlah dari atasku nur dan dari bawahku nur. Ya Allah, berilah aku nur tersebut. (HR.Muslim)

15. Do’a Masuk Masjid

A’uudzu billahil ‘aliyyil ‘azhiimi. Wa biwajhihil kariimi, wa bisulthaanihil qadiimi minasy syaythaanir rajiimi alhamdu lillahi rabbil ‘aalamiina. Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali muhammadin. Allaahumaghfirlii dzunuubii waftah lii abwaaba rahmatika.

Artinya : Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Besar. Dan demi wajah-Nya Yang Maha Mulia dan dengan kekuasaan-Nya Yang tak berpermulaan (berlindung aku) dari kejahatan syaitan yang terkutuk. Segala puji kepunyaan Allah Tuhan semesta alam. Ya Allah, sanjung dan selamatkanlah Nabi Muhammad saw. Dan keluarganya. Ya Allah, ampunilah segala dosaku dan bukakanlah bagiku segala pintu rahmat-Mu. (h.r. Abu Daud)

Allaahummaftah lii abwaaba rahmatika.

Artinya : Ya Allah, bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu. (h.r. Muslim)

16. Do’a Keluar Masjid

Allaahumma innii as’aluka min fadhlika

Artinya : Ya Allah, aku memohon kepada-Mu karunia-Mu. (HR. Muslim, Abu Daud, an-Nasa’I dan Ibnu Majah)


17. Do’a Masuk WC

Allaahumma innii a’uudzubika minal khubutsi wal khabaa’itsi.

Artinya : Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari syaitan besar laki-laki dan betina. (HR. Bukhari dan Muslim)

18. Do’a Keluar Tandas

Ghufraanaka. Alhamdulillaahil ladzii adzhaba ‘annjil adzaa wa’aafaanii.

Artinya : Ku memohon ampunan-Mu. Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan penyakitku dan telah menyembuhkan/menyelamatkanku. (HR. Abu Daud)

19. Sewaktu Bepergian

Allahumma bika asra’iinu wa ‘alayka atawakkalu. Allaahumma dzallil lii shu’uubata amrii wa sahhil ‘alayya masyaqqata safarii warzuqnii minal khayri aktsara mim maa athlubu washrif ‘ annii kulla syarrin. Rabbisyarahlii shadrii wa yassirlii amrii. Allaahumma innii astahfizhuka wa astawdi’uka nafsii wa diinii wa ahlii wa aqaaribii wa kulla maa an’amta ‘alayya wa ‘alayhim bihi min aakhiratin wa dun-yaa, fahfazhnaa ajma’iina min kulli suu’in yaa kariimu, da’waahum fiihaasubhaanakallahumma wa tahiyyatuhum fitha salaamun, wa aakhiru da’waahum ‘anil hamdu lilaahi rabbil ‘ aalamiiina, wa shallallahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa’alaa aalihii wa shahbihii wa sallama.

Artinya : Ya Allah, aku memohon pertolongann-Mu dan kepada-Mu aku menyerahkan diri. Ya Allah, mudahkanlah kesulitan urusanku dan gampangkanlah kesukaran perjalananku, berilah padaku rezeki yang baik dan lebih banyak dari apa yang kuminta. Hindarkanlah dariku segala keburukan. Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah segala urusanku.

Ya Allah, kumohon pemeliharaan-Mu dan kutitipkan diriku kepada-Mu, agamaku, keluargaku, kerabatku dan semua yang Engkau ni’matkan padaku dan kepada mereka, semenjak dari akhirat dan dunia. Peliharalah kami semua dari keburukan, Ya Allah Yang Maha Mulia. Do’a mereka (dalam surga) ialah : “Subhaanakallahumma” (artinya : Maha Suci Engkau ya Allah). Ucapan sanjungan mereka di dalamnya ialah : “Salaam” (artinya : keselamatan).

Dan akhir do’a mereka padanya ialah ” “Alhamdulillahi rabbil aalamiin”, (artinya : Segala puji bagi Allah Tuhan seantero alam). Dan semoga Allah menyanjung dan memberi keselamatan kepada Nabi Muhammad saw. Dan kepada keluarganya dan kepada sahabatnya, semoga Allah memberinya keselamatan. (Disebutkan oleh an-Nawawi)


20. Do’a Tiba di Tujuan

Alhamdulillaahil ladzi sallamanii wal ladzii aawaanii wal ladzii jama’asy syamla bii.

Artinya : Segala puji bagi Allah, yang telah menyelamatkan aku dan yang telah melindungiku dan yang mengumpulkanku dengan keluargaku.

21. Do’a Ketika Bercermin

Alhamdulillaahil ladzii sawwaa khalqii fa’addalahu wa karrama shuurata wajhii fahassanahaa waja’alanii minal muslimiina.

Artinya : Segala puji bagi Allah yang menyempurnakan kejadianku dan memperindah dan memuliakan rupaku lalu, membaguskannya dan menjadikan aku orang Islam. (HR. Ibnu as-Sani)

Allaahumma kamaa hassanta khalqii fahassin khuluqii

Artinya : Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah kejadianku, maka perindah pulalah akhlakku. (HR. Ahmad)

22. Do’a Ketika Hendak Berpakaian

Biismilaahirrahmaanirrahiimi. Allaahumma innii as-aluka min khayrihi wa khayri maa huwa lahu wa a’uudzubika min syarrihi wa khayri maa huwa lahu.

Artinya : Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dari kebaikan pakaian ini dan dari kebaikan sesuatu yang ada di pakaian ini. Dan aku berlindung pada-Mu dari kejahatan pakaian ini dan kejahatan sesuatu yang ada di pakaian ini.

Alhamdulillahilladzii kasaanii hadzaa wa razaqaniihi min ghayri hawlin minnii wa laa quwatin.

Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah memakaikan pakaian ini kepadaku dan mengkaruniakannya kepadaku tanpa daya dan kekuatan dariku. (HR. Ibnu as-Sani)

23. Do’a Ketika Hendak Bersetubuh

Bismillaahi, allahumma jannibnasy syaythaana wa jannibisy syaythaana maa razaqtanaa.

Artinya : Dengan nama Allah, ya Allah; jauhkanlah kami dari gangguan syaitan dan jauhkanlah syaitan dari rezki (bayi) yang akan Engkau anugerahkan pada kami. (HR. Bukhari)

24. Do’a Masuk Pasar

Bismillahi, allahumma innii as-aluka khayra haadzihiz suuqi wa khayra maa fiihaa, wa a’uudzu bika min syarri haadzihis suuqi wa min syarri maa fiithaa. Allahumma innii a’uudzu bika an ushiiba fiihaa yamiinaam faajiratan aw shafagatan khaasiratan.

Artinya : Dengan nama Allah ya Allah aku memohon pada-Mu kebaikan pasar ini dan kebaikan yang ada di dalamnya. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pasar ini dan dari keburukan yang ada didalamnya. Dan aku berlindung pada-Mu dari sumpah palsu dan dari suatu pembelian atau penjualan yang merugikan. (HR. Hakim)

BAHASA LANGIT DI UFUK KELABU

BAHASA LANGIT DI UFUK KELABU: MENGENANG MUSIBAH PADANG DARIPADA PERSPEKTIF “ANJAKAN DIKSI”

Oleh ARBAK OTHMAN UPM

Latar kajian Antara teori sastera yang sesuai untuk mengesan maksud puisi ialah Teori Anjakan Diksi (TAD). Mengikut teori ini, agak mustahil kita bercakap tentang teori ini secara rasional tanpa memperhitungkan kognisi. Kemajuan asas teori ini ialah menempatkan makna pelunjuran sebagai proses kognitif di pusat kerangka. Model TAD membentuk persepsi biasa pembaca ‘ke dalam teks sastera’, seperti puisi, sebaik pembaca membuat pendirian dunia teks yang terbentuk secara mental. Kemampuan imaginatif ini merupakan ‘anjakan diksi’ yang membenarkan pembaca memahami pengucapan diksi yang dilunjurkan secara relatif ke pusat diksi. Dengan kata lain, pembaca dapat melihat secara visual daripada perspektif penyair di dalam dunia-teks, dan membentuk konteks dengan banyaknya melalui penyelesaian pengucapan diksi daripada sudut yang sama. Di pusat diksi yang teranjak itu terhimpun konsep utama bagi digunakan untuk penyataan persepsi dan pembentukan koherensi sepanjang teks sastera. Gagasan teoretis Penyelidikan utama TAD perlulah dibuat dari segi bagaimana pusat diksi dicipta oleh penyair dalam teks, serta bagaimana ia dapat dikenal pasti melalui pemahaman kognitif tentang pola tekstual, dan bagaimana pula ia dianjakkan dan digunakan sebagai sebahagian daripada proses bacaan. Dunia teks sastera mengandungi satu atau lebih bidang diksi yang terbentuk daripada julat keseluruhan pengucapan sama ada daripada kategori perseptual, masa, ruang, hubungan, tekstual atau kategori bersifat komposisi. Kesemuanya disusun di sekitar sifat penyair melalui peranan-entiti dalam teks, walaupun haiwan, tumbuh-tumbhan, unsur lanskap dan objek lain dapat turut membentuk pusat diksi dalam puisi imaginatif.Mengikut teori ini, di pusat diksilah terletaknya idea-idea utama yang membentuk fikiran yang dilunjurkan oleh penyair dalam puisinya. Sebagai contoh, dalam puisi Padang Luka karya Asep Sambodja, dua stanza yang berikut ini membentuk pusat diksi puisi tersebut: aku seperti terbiasa membaca gempa beribu orang mendadak mati berjuta orang harus tabah lagi Pada terluka, namun Ia sentiasa menyimpan rahasia Manakala dalam puisi Trauma Anak Pariaman karya Mokhtar Rahman, ujaran yang berikut ini membentuk pusat diksi puisi yang berkenaan: Gegaran musibah Tabah Minang Rumah adat, rumah gedang tersungkur ranap, terburai bersama induk, ayah, sahabat handai Dia yang menyaksi Lidah tidak perlu mengungkap lagi Linangan air mata menceritakan pasrahnya pada ketentuan Daripada pusat diksi di atas, maksud keseluruhan kedua-dua puisi di atas bertegak pada makna ‘musibah yang dahsyat’, dengan bahagian diksi yang lain berfungsi untuk menjalin idea-idea sokongan pada keutuhan yang sama sehingga kelihatan kesaksiannya terhukum dalam domain kognisi yang berkoherensi pada teras yang dibangunkan di pusat masing-masing diksi. Dalam puisi, setiap jalinan fikiran yang terbentuk di pusat diksi sesungguhnya merupakan produk mental berbentuk kognisi. Melalui puisi, penyair membuktikan kesenghajaannya menyampaikan buah fikiran sama ada dalam konteks masa, ruang, hubungan, tekstual, atau gabungan komposisi. Pusat diksi puisi Gempa Padang karya Muhammad Subhan, setelah dicari daerahnya, telah ditemukan kemungkinan yang kira-kira dapat ditanggung fungsinya oleh ujaran stanza yang berikut: Hari itu, orang-orang berlarian Panik bak menghadapi kiamat Kiamat, benarkah kiamat tiba? Belum, Tuhan masih sayang kepada hambaNya Kiamat kecil, pertanda akan datang kiamat besar Entah kapan waktunya Namun kiamat kecil itu, sudah luar biasa dahsyatnya Konon pula kiamat besar, yang tentunya tak seorang jua Dapat menanggung kegemparannya. Maksud-maksud lain ujaran stanza sebelum dan selepasnya merupakan rincian tambahan untuk mengukuhkan idea utama pada pusat diksi tersebut. Keutuhan puisi ini didukung oleh konteks serangan mala petaka di luar dugaan sesiapa pun. Unsur diksi biasanya melepasi manusia, tempat dan waktu. Dalam puisi bisa saja diwujudkan perkaitan dengan manusia seperti pemangsa tragedi alam teks, iaitu dari segi bagaimana mereka itu dikaitkan secara sosial antara satu sama lain, dan bagaimana setiap pusat persepsi dalam diksi itu menimbulkan anggapan di sisi mereka yang berkenaan. Sebagai contoh, puisi Kemala yang mengandungi ujaran berikut ini dapat berfungsi sebagai jambatan untuk menghubungkan penyair dengan kejadian melalui peranan metafora: I Pagi ini Singgalang tersintak Isyarat telah dihantar Langit Padang-Pariaman menggeletak Ribuan terkubur Iklim dan musim membuak Inikah tanda kiamat kian Mendekat mencekik umat? VI Tiada sapa. Tiada Cinta Ada yang kesasar dan gila Semua keluarga terkambus sepi.Pabila ditanya “Saya takpunya Nama!” katanya Kerusi sang edan diisi. Tamadun zaman kini Atas nama nigrat dan materi. Metafora isyarat telah dihantar Langit berfungsi untuk memberitahu pembaca tentang apa yang dilakukan oleh ummah, sehingga Allah perlu menunjukkan petanda yang mengilas kelemahan manusia, kekurangan manusia, kekajaman manusia dan ketamakan manusia, keadilan yang disisihkan oleh manusia. Meskipun makna-makna ini tidak dilafazkan, tafsirannya terungkap melalui pemakaian kata ‘isyarat’ dan penghantarnya ‘Langit’. Jika penulis tidak tersasar ke luar bicara yang bererti, tafsiran ‘Langit’ itu tidak lain “kuasa tertinggi dan agung”, iaitu Allah. Manakala tanda ‘isyarat’ membayangkan makna “balasan” atau “petanda hukuman”. Memang bukan di sini untuk kita memaknakan puisi, tetapi setiap kata dalam diksi tidak terlepas daripada sangkutan-sangkutan yang bermakna, atau yang jiwa maknanya kian tersentuh, lalu fikiran yang berpusat pada diksi di atas tidak melarikan diri daripada dikenal pasti, kerana kata adalah unsur bahasa yang makna jiwanya tetap berada di badannya (bentuknya yang disebut atau diujarkan). Penyair tidak menggunakan kata-kata yang tidak berguna. Setiap kata dalam diksi bertakhta manikam, penuh dengan isi bertemankan roh. Justeru, idea dalam diksi metaforik yang terpilih di atas menyimpulkan peranan tragedi dalam deskripsi, dalam diri manusia yang memahami kebenaran Ilahi atau pengajaran yang timbul daripada peristiwa.Dalam puisi, penyair menggunakan beberapa penilaian untuk merumus sikap terhadap makna tragedi, atau mala petaka alam yang dia sampaikan. Dalam aktiviti ini, penyair memilih ujaran tertentu serta mengekod kesedihan padanya. Seperti juga pelukis atau pengukir, penyair memuji kepandaian pengukir, lalu kemudiannya menetapkan persepsi baru dalam hirarki kuasa yang jauh lebih rendah daripada kuasa Ilahi. Kesannya ialah bahawa sikap penyair akan terselaras dengan struktur sosial yang dimiliki penyair dengan struktur sosial pihak yang dia pusatkan perhatian dan tumpuan—semua ini disusun melalui hubungan makna dalam diksi. Selain itu, ada juga yang dinamakan diksi tekstual sebagai ukuran yang dapat digunapakai untuk pemahaman puitik. Puisi meletakkan tumpuan pada wacana sebagai bahasa tekstual dengan cara yang berbagai-bagai. Puisi menempatkan tangan dan hati penyair melalui penggunaan kata. Dengan cara ini, puisi meningkatkan statusnya sebagai artifak idea. Oleh sebab puisi menumpukan proses pengeluaran yang sejalan dengan lakuan bacaan, penyair yang menciptanya mengembalikan ideanya pada kata melalui maksud-maksud yang dikehendakinya, sama ada berbentuk interpretasi, konotasi atau penyiratan lambang. Kesan kata-kata didapati berbeza apabila dibaca daripada sudut imaginasi. Warna imaginasi dan kebenaran yang digambarkan mendefinisi aspek yang menentukan kualiti puisi dari sudut komposisi teks, atau apa yang dinamakan ‘kualiti komposisi teks’. Sesetengah pola dalam pemilihan kata, sintaksis dan daftar (register) ditetapkan bagi meletakkan puisi di tempatnya betul. Sebagai contoh, daftar berbentuk kata kerja memetik dan menjadi dalam ujaran memetik muhasabah dan menjadi basah dan pasrah dan daftar kata adjektif merah dalam ujaran dalam singgah sebuah musibah merah yang dipetik daripada puisi Membaca Bahasa Semesta karya Raja Rajeswari Seetha Raman benar-benar berupaya membentuk siratan tentang nilai kesedaran dalam diri manusia yang memahami nilai kejiwaan daripada hukum alam. Daftar merah tentu sekali menggambarkan “darah” yang tumpah ke bumi tragedi. Daripada api tragedi yang menyambar nyawa terkesan sejenis rasa bawah sadar tentang kemungkinan yang sentiasa dimungkinkan. Kemungkinan bala menimpa umat Muhammad tidak terkalis daripada kejadian. Banyak tempat telah mengalami kemungkinan ini, kemungkinan bala yang kerapkali termungkin di negara Timur Tengah kerana tersalah tadbir minyak kekayaan umat Islam. Iran sudah beberapa kali disindir, aceh dibedil gelombang ryeuk, Amerika dihanyutkan air, disambar api yang meranapkan hutan berharga, Jepun dan Korea dilanyak ribut dan taufan—semua ini petanda yang perlu disabari dan dijadikan iktibar kehidupan.Puisi bukan sebidang tikar pemaidani. Polanya bebas dan tersendiri. Ia adalah bumi lecah yang hanya difahami oleh orang yang melacak bumi berlumpur. Terlalu banyak lumpur terpalit di kaki masyarakat. Jejak-jejaknya berpeta-peta, manakala bunyi-bunyinya pula bersajak. Kerana itulah maka puisi tergolong kepada karya sastera yang indah, yang sedap didengar dan enak dibawa ke mimpi. Sebagai dunia mimpi, atau dunia imaginasi, pola kejadiannya bebas dan tersendiri. Tiada siapa yang boleh merencana mimpi; demikian jugalah puisi. Ia datang dengan tiba-tiba, didesak oleh akal manusia untuk memberitahu sesuatu pengalaman dengan cara yang halus dan berseni. Nilai akaliah lazimnya mendominasi makna puisi, walaupun keindahannya terbayang pada bunyi dan struktur diksi. Diksi menjadi pakaian puisi, ia mendefinisi ideologi penyairnya, ciri-ciri dalaman bersifat budaya dan masyarakat. Berdasarkan pakaian dan fesyennya, puisi dapat menarik perhatian ramai orang atas peranannya yang suka membantu, membentuk kebaikan, membaikpulih kelemahan yang membahayakan masyarakat dan sebagainya. Ia juga radio yang memberitahu kita kejadian alam, peristiwa-peristiwa pelik dan luar biasa, termasuk mendidik anak-anak daripada terjerumus ke lembah kehinaan dan kemusnahan jatidiri. Dalam pengucapan musibah gempa bumi pun, kemusnahan jatidiri turut terungkap tentang betapa beratnya tanggungan ke bahu masyarakat: Tamadun zaman kini Atas nama ningrat dan materi. Bantuan lambat tiba Mereka memamah nangka muda. Kemala Dilembar kertas yang kusam kugambar wajah yang merekah berdampingan para politis dengan senyumannya dan kuletakkan wajahku separuh di situ biar menemani wajah separuh itu Yo Sugianto Dalam ujaran dua puisi di atas terungkap sikap segolongan manusia berkuasa yang tidak mempeduli masalah sosial yang melanda rakyat dan negara, meski dalam suasana darurat yang dahsyat kesiksaannya. Supaya orang lain tahu, sebagai penyair, Kemala tetap meneruskan tugasnya bersama-sama mereka yang lain dalam satu angkatan kejiwaan untuk menyampaikan selembar kesedaran, meski kami mengetahui bahawa manusia yang rakus sukar untuk berubah, kecuali apabila kedudukan mereka kian tergugat dalam ranah kuasa yang menjadi kegilaan semua orang. Siapa itu penyair?Penyair adalah pencari yang tidak pernah putus asa. Dia juga seorang peneliti yang melakukan pemetaan ke atas persoalan yang menarik perhatiannya—pada saat ini dia ingin mencadangkan sesuatu yang lebih baik daripada tahap-tahap yang sedia ada. Dia ingin menambah pada kebaikan dan kebijaksanaan yang ada supaya lebih tinggi aras keterasaannya pada hati pembaca, aras afektifnya pada kekukuhan kebaikan agar menjadi lebih kukuh, agar ketegangan menjadi semakin longgar dan menipiskan harapan atau mengetatkan lagi skru kebuntuan, sehingga terkadang sakit hati menebalkan pedihnya, kelemahan menjadi semakin kusut untuk dileraikan, atau luka yang semakin mengeraskan parut-parut sosial, seolah-olah masyarakat ini seperti milik segolongan manusia yang tidak pernah susah, tidak pernah miskin dan tidak pernah putus asa. Itu semua sekiranya dia mahu melakukan penerokaan. Jika ke atas pengalaman yang sudah sekian didatangkan ke depan mata kita, itu bukan lagi pencarian; itu suatu perkongsian yang tidak lepas daripada perkaitan kita dengan kehidupan orang lain dalam masyarakat. Penyair menggunakan imaginasi untuk menemukan bahasa dengan akal pembaca supaya terpancar sebuah kesedaran melalui keindahan puitik di tubuh puisi. Dalam konteks dunia mengalami musibah, minat penyair untuk menegur diambil alih oleh minat untuk berkongsi rasa dan emosi dengan mereka yang dilanda musibah. Perkongsian rasa ini bukan untuk menghapuskan penderitaan pemangsa, tetapi setidak-tidaknya melegakan kesan-kesan psikologi yang tertanggung ke atas mereka, sama-sama merasai simpati terhadap nasib malang yang mereka deritai dan sama-sama mengambil kisah terhadap penderitaan orang lain, sekurang-kurangnya apa yang alami itu menjadi sebahagian daripada beban yang ditanggung secara terkongsi, sama-sama merasai diambil peduli dengan perasaan penuh belas kasihan. Perkongsian rasa dan emosi ini terungkap dalam banyak puisi ciptaan beberapa orang penyair seperti yang diturunkan contoh-contohnya di bawah ini: dukamu duka kami tugu prasasti dalam manik manik nafas hati Budhi Setyawan Kedepan.... Aku berdoa padamu ya Allah Semoga semua warga ranah Minang akan tabah dan tawakal..Semoga mereka diberi kesabaran, ketabahan dan kegigihan untuk berbenah... Semoga kita semua sadar untuk memperbaiki kesalahan2... Baik kesalahan moralitas, kesalahan fisik pembangunan, kesalahan melupakan karunia Allah dengan tidak menjaganya, dan kesalahan tidak bersyukur dengan karuniaNya... Ratnaputri2 Padang sayang Kami datang ungkapkan kasih sayang Ranah Minang Semangatlah berjuang Bangkitlah sekarang Mimin Di sini, di bumi minang ini Kami mengharapkan ketulusan doa Agar kami dapat kembali bangkit Dan ingatlah kami Di setiap sujud tahajjudmu Ingatlah kami Kami menanti uluran keikhlasan Ingatlah kami wahai saudaraku Dwi Mita Yulianti Mungkin masih ada selaksa harap semoga tak kan padam pelita di hati kami sebab Allah muara segala harap tempat mengadu yang tak bertepi Putri Pratama Bahasa puisi Bahasa puisi bukan bahasa biasa. Ia bahasa istimewa yang luar biasa. Ia bahasa simbolik yang memerlukan kepandaian pembaca menterjemah makna-makna pelambangan, makna-makna imaginasi untuk memahami persoalan yang dihantarkan oleh kata-kata (bahasa). Melalui pelambangan penyair terlebur menjadi ikon yang melalui kata-kata dia memuaskan pembaca memahami masalah dan menggeluti persoalan. Beberapa sajak dalam antologi Musibah Gempa Padang yang dikumpulkan oleh Dato’ Kemala merupakan refleksi penyair Nusantara, terutamanya penyair Malaysia dan Indonesia. Sajak-sajak mereka dibatini oleh kegelisahan, luka jiwa dan gumaman batiniah yang memvisualisasikan kaca mata peribadi, mahupun kaca mata sosial. Bukanlah pekerjaan penyair mencuri kesempatan, tetapi tanggungjawab dalamannya untuk merasai dan menjiwai penderitaan orang lain yang bukan kepalang sakitnya, yang tidak dapat dibanding kekeluan yang ditimpakan pengujian Ilahi. Nasib kita belum tahu lagi. Malang kita belum sampai ke tahap pengalaman mereka. Maka sebagai ummah, apa yang dirasai oleh ummah lain juga menjadi perkaitan kita, tanggungjawab kita untuk menyampaikan simpati serasa, simpati yang tidak mengabaikan petaka orang lain, simpati yang tidak melupakan nikmat dan rahmat yang Tuhan anugerahi kepada kita. Maka itulah tugas penyair apabila mendengar apa juga yang berlaku ke atas ummah yang lain di dunia ini. Perasaan sama sakit ini terungkap dalam beberapa buah puisi karya penyair tertentu di bawah ini: terpaku aku mahu sujud rasa terlambat rela aku menerima apa yang kau surat abdullahjones Tuhan, seluas-luas Padang seluruhnya berdebu tanganku lesu telah berkecai tanah Pariaman hanya tinggal sedulang puisi dengannya kutagih prihatin persaudaraan Hasimah Harun Demikian yang kurasai deritamu deritaku lantaran datuk nenekku sanak saudaraku di bumi Padang yang pasti dimamah gempa dan siapa tak bisa lari Musalmah Mesra Seluruh dunia memandangmu Padang dalam musnah kau masih membawa syiar Tuhan tegak berdiri masjidmu di celah runtuhan menjadi sumber kekuatan buat semua insanBertongkat di Padang Jarak Tekukur. Yajuk Padang...Inilah ruang antara persinggahan sementara yang menjadi mimpi yang ngeriTenanglah saudara-saudarakuSabar saudara-saudarakuTeratakerapungPenyair bukan golongan orang yang mempunyai kuasa, atau golongan yang kaya raya; kami semua miskin tetapi berakal budi, berbudi mulia, berterima kasih pada segala nikmat dan rahmat Ilahi dan merasakan sama-sama sakit apabila rakan-rakan seagama ditimpa musibah, ditimpakan tragedi yang bukan kita mahu, kecuali berdoa agar pengalaman pahit seperti itu tidak berulang lagi, cukup kepada kita sebagai pengajaran dan unsur penyedaran peribadi.Apa yang berlaku di Padang pada 30 September baru-baru ini sesungguhnya merupakan pengalaman tegang yang pahit, dengan sifatnya psikologis dan kelangsungannya sosiobudaya. Peristiwa yang membuatkan kita merenung keras pada aras kesedaran ialah kehilangan jiwa, harta benda dan keterkeduan tanpa kata dan lirik yang tidak dapat diramal interpretasi rundungan psikologisnya. Semua ini merupakan akar-akar dari puisi-puisi dalam Musibah Padang ini. Bayangkanlah kemusnahan yang terlukis dalam puisi Pariaman ciptaan Kardy Syaid:O, masa kanak-kanak yang indah nurul hidayah *2 di tepi kali tempat ayat-ayat Allah menggaung dan adzan ku kumandangkan kini ranahku tiada bentuk, tunduk ke bumi anak kehilangan ayah, anak kehilangan ayah isteri kehilangan suami, suami kehilangan isteri kembali pd Yang Suci. O, rumah tua yang pernah dilalap api kini rebah ke tanah, sujud ke hadiratMu di mana teman-teman masa bocahku? ribuah nyawa terkubur tiba-tiba hewan dan tanaman henti bernafas dalam tahlil dan duka lara.Apa yang kita pasti ialah keyakinan kita bahawa hampir semua penyair memiliki kesedaran yang menyedihi tanggapan dalam ujaran-ujaran indah yang luar biasa kesan-kesan kreatifnya. Proses kreatif yang terstruktur mempunyai domain semantik dan semiotik. Dalam penukilan pengalaman tragis gempa bumi di Padang baru-baru ini penyair turut menyatakan asosiasi, nuansa, citarasa, konotasi dan pengertian sendiri-sendiri dalam gaya yang mendekatkan perasaan penyair dengan perasaan yang dialami oleh penduduk Padang, terutama penduduk desa Pariaman yang membajari pantai yang kadang-kadang nyaman, kekadang secara tiba-tiba ganas tetapi berhikmah. Makna tragedi Pada umumnya puisi merealisasikan makna tragedi dalam nada yang amat ngeri kerana situasi sebenarnya memang ngeri, terkadang berimaginasi tentang penderitaan yang tidak dapat dibayangkan keperitannya, kerana pemangsa hidup dalam serba kekosongan; tiada barang untuk dapat dibeli, tiada sumber untuk makan minum sehari, segalanya ranap— hidup dalam serba kosong. Puisi membuka kemungkinan imaginasi tentang kedahsyatan hukum alam, hukum Allah, sama ada sebagai dugaan untuk menguji kesabaran, atau sebagai pengajaran untuk diinsafi atas kesilapan ummah. Pengujian kesabaran dan keinsafan tergambar dalam sebahagian ujaran puisi Itulah Gertakan-Nya karya Happy Muslim: Apakah dengan ini kau terbangun dari kekafiranmu? Apakah dengan ini kau membagi antara dunia dan akhirat? Apakah dengan ini kau berserah diri? Atau semakin menjadi...Ingatlah itu baru gertakan-Nya saja. Di sebalik kesederhanaannya, ternyata imaginasi puisi dibangunkan cukup berkesan, ditopang oleh kecermatan berbahasa, oleh kekuatan semantik, meski kekuatan rima bagai kian ditinggalkan. Peninggalan kekuatan rima mendapat kesan automatis sebagai akibat makna diutamakan daripada bentuk.Pena penyair sering digerakkan oleh kegelisahan jiwa yang menatari pengalaman rasa dan emosi yang berhujan di jiwa pemangsa tragedi. Hujan rasa ini diungkapkan dengan teliti sehingga pembaca dapat merasakan kedekatan dirinya dengan penderitaan yang dialami oleh pemangsa tragedi. Banyak makna menyentuh kalbu pada peralatan bahasa pengalaman dalam pengucapan kesayuan daripada penyataan sosial dalam perhatian yang disisihkan. Apa pun keadaan, setiap pertanyaan yang tidak berjawab dijawab melalui transformasi rasa dan kesedaran pada aras pembacaan dan penikmatan makna. Pernyataan yang dilafazkan tentang kejadian konkrit tersambar pada minda mujarad di sisi penyair dan pembacaan. Sajak tidak sahaja indah tetapi juga menggegar dan mencengkam persepsi penyair (justeru juga, pembaca) bahawa manusia tidak harus berhelah tetapi menerima hakikat yang diserahkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya. Inilah penyerahan takdir yang harus difahami rahmat di sebaliknya—bukannya rahmat tragedi tetapi hikmah daripada tragedi. Nilai penyerahan diri kepada Ilahi tergambar dengan jelas dalam puisi Hikmah karya Sarah Sarena:keteguhan hati melekat bak laksana pendekar sejati meyakinkan diri bila semua ini adalah ujian dari sang ilahi mengambil hikmah sebagai petuah yang menjadi wasiat sepanjang masa agar lebih peduli masalah kelestarian alam yang dulu sempat terlupa tanpa sengaja Puisi Gelegak 7,6 karya Emmy Marthala turut mengungkapkan nilai kepasrahan sebagai pengobat derita: Mampukah kalian berfikir? Tinggalkan Lembah Uji, kembali, kembali mengawasi hati, amal bererti Wudhuk dinihari menyejuk hati Wajah memancar makna budi cahaya-Mu kupeluk, Cinta Abadi Mokhtar Rahman memaknakan nilai kepasrahan dalam kesaksian yang menyaksikan. Dalam puisi Kisah Pemuda Pariaman beliau mengirim suatu peringatan: Dia yang menyaksi Lidah tidak perlu mengungkap lagi Linangan air mata menceritakan pasrahnya pada ketentuan Dia pewaris Ranah Pariaman Berdiri mencari kekuatan Kata-kata yang digunakan dalam pengucapan kesedihan tragedi tidak ada yang boros. Kelewahan mungkin ada daripada pengulangan maksud yang diulang-ulang. Akan tetapi pengulangan kata mahupun pengucapan pengalaman daripada kejadian-kejadian lampau merupakan unsur pengeras keindahan dan pungutan ini sesungguhnya membuktikan bahawa pengalaman sedih dan penderitaan sosial merupaklan ciri tradisi masyarakat Melayu. Unsur mimesis yang mengulangi kekuatan makna dan tafsiran mencergaskan lagi nilai pengajaran dan iktibar bagi disedari untuk maksud-maksud yang menggerakkan usaha baru dalam mengatasi kehilangan yang berlaku, kekurangan yang menerasi keinsafan serta kelemahan yang memugar daya baru untuk terus mendapat percobaan yang tidak mengalahkan manusia daripada bersedia menerima Qada’ dan Qadar duniawi. Kita telah menyaksikan betapa rumitnya kehidupan. Pengucapan ini sesungguhnya penghantar raksasa yang membelakangkan kepentingan peribadi, tetapi mendepankan kepentingan masyarakat. Rangsangan yang membina ini sesungguhnya menjadi penawar sosial yang mujarab berbanding sikap yang menyalahkan keluhan dan nasib malang. Dalam kehidupan manusia, tidak ada yang menang. Hampir segalanya kekalahan, manakala sedikit kemenangan itu pun sesungguhnya dinimati di celah-celah kekalahan yang diguliti, di sisi kekurangan yang dicetuskan oleh kelemahan manusiawi. Kemenangan dalam kekalahan ini diungguli oleh penyair Lim Swee Tin dalam puisinya Aduh, Prahara Apakah Lagi: Seperti menangisi pesisir utara siat sukmaku perih terlalu maka, sambutlah kasihku Padang ketika kau pun lebih faham tafsir atau terjemahan hikmah tak terjangkaukan salam belasungkawaku sejernih persaudaraan di rimbun ketaqwaan.Kita telah menyaksikan bagaimana mala petaka merumitkan kehidupan tetapi ia tidak merumitkan kebudayaan. Tidak ada dalam budaya Melayu Nusantara kelegaan yang menyebabkan semua orang ketawa dalam kehidupan. Budaya Melayu memang diperkaya dengan sikap penghuni bumi menerima hakikat dan keletetapan Ilahi berkurun-kurun lamanya, sehingga tahap kedewasaannya diukur berdasarkan sejauh mana masyarakat dapat mengatasi masalah kesusahan, penderitaan dan kebahagiaan berduka-lara dalam sahutan kasih dan rindu. Kasih yang tinggi nilainya ialah kasih yang tenggelam dalam penderitaan dan kepayahan hidup sehingga kematangan akan sampai juga ke puncaknya apabila manusia dibijaksanakan oleh keinginan untuk sentiasa berupaya menghadapi rintangan, dugaan Ilahi dan pelbagai macam pancaroba dengan hati yang terbuka. Hakikat inilah antara yang terungkap dalam Musibah Gempa Padang—pengucapan yang mengundang resolusi diri tentang makna-makna musibah, keburukan dan padah. Manusia tidak boleh mengaku lebih daripada kemampuannya, tidak juga pasti tentang bagaimana diri mereka akan terjadi pada suatu masa akan datang. Manusia boleh meramal ikhtiar tetapi tidak boleh meramal kesimpulan. Ramalan ikhtiar dan keinginan mengatasi kelemahan diri menjadi antara asas yang dicadangkan oleh penyair supaya ketetapan Ilahi itu sentiasa dimurnikan dengan kesedaran dan keinsafan diri ke atas sebab-sebab wujudnya kesan-kesan pada diri di alam fana ini. Alam yang sukar kita teka warnanya tetapi mudah kita contengkan keindahannya. Persepsi psikologi dan kognitif harus berkongsi rasa dan maksud secara serentak supaya, melaluinya, kita memahami mengapa musibah sering ditimpakan di tengah-tengah kehidupan manusia. Penyair tidak membawa ubat untuk mengatasi musibah itu, tetapi membawa doa agar kewujudannya tidak berulang, agar generasi akan datang mendapat kebaikan daripada kesan-kesan doa itu jika diizinkan oleh Allah. Ya, kami semua hanyalah pembawa doa dan aksara-aksara keinsafan agar lebih segar di jiwa kita semua yang lemah di domain kesedaran. Bukankah manusia ini makhluk yang lemah, yang kerana itu kita diberikan Allah sumber-sumber untuk hidup, diberikan udara untuk bernafas, diberikan kekayaan bumi untuk diagihkan nikmat keuntungannya kepada semua, diberikan agama untuk kita menjadi baik. Demikianlah antara fungsi penyair dalam masyarakat. Dalam sepoi-sepoi bahasa yang mengalun lembut, makna pengucapan banyak yang menyirat nuansa penderitaan dalam kewujudan yang tidak disangka-sangka. Melalui kosa kata tertentu bersifat keagamaan, penyair cuba memasuki pengalaman religius yang menjelajah sisi-sisi kesedaran dengan perspektif yang mendoakan penghidupan semula, melupai kepahitan yang mereka alami di tengah-tengah kesederhanaan hidup yang perlu sentiasa segar di ruang dan waktu yang dicirikan oleh desakan membuat pemulihan sendiri demi pembaikpulihan masa depan. Dalam senandung ini, penyair mengemukakan fragmen-fragmen yang berbeza daripada domain kehidupan sengsara yang sama. Fragmen tersebut dapat ditunjukkan perbezaan penekanannya pada maksud mesej yang terungkap dalam ujaran-ujaran yang berikut dalam puisi Tentang Ramalan di Sebuah Mata Kuliah Geologi Itu karya Pringadi Abdi Surya: Tapi kisahnya di kelas geologi tinggal kenangan Ia menatap dirinya di ruang kaca Di antara bola kristal yang menyalanyala Dikelilingi roda gila, anjang cinta, dan komedi putar Di sebuah pasar malam yang melupakan Tentang ramalan di kelas geologi itu Fragmen lain bersifat trapis terungkap dalam puisi Padang, Dalam Derita, Sentiasa Ada Bahagia karya Wan Nur-Ilyani Abu Bakar: Padang, bumimu yang digegarkan tentu sekali membuakkan mata air yang bakal menumpahkan air mata bertahun lamanya namun air matamu nanti kudoakan moga kau hamburkan ke sejadah taubatmu agar kau tidak putus asa dan tidak lena akan satu fakta dalam derita sentiasa ada bahagia Unsur trapi juga dibekalkan oleh penyair Singapura Elmi Zulkarnain dalam puisi Titik Gempa, Titik Sengsara melalui fragmentasi yang saling menyahut kesengsaraan akibat kemusnahan dan akad untuk berubah:Pasrah, Namun jangan mengaku kalah Kehidupan baharu bakal bermla Bebekal rahsia hikmah peristiwa...Menyingkap Bencana Padang Pengalaman dianggap suatu kesaksian dan pengakuan eksistensi diri, bahawa dalam proses mengalami kehidupan, manusia harus bersedia mengalami pertembungan nilai, idealisme dan etika yang pelbagai, supaya di celah-celah pertimbangan yang kompleks itu akan terbayang kehidupan baru yang sedang berjalan, beraktiviti dan berlumuran dalam nilai moral yang bersedia menerima perubahan ada diri mahpun keperluan untuk hidup dengan gaya baru setelah mengalami luka mimpi ngeri yang tidak tertanggung oleh kehidupan malam yang sedang enak tidur. Mimpi ngeri yang jatuh di waktu siang dirasakan bagai beban malam yang sukar bernafas dalam gelap. Bayangkanlah, betapa legapnya ruang harapan untuk tembus ke cahaya. Kehidupan dianggap seolah-olah suatu simpangan yang tertutup jalan hujungnya. Walaupun begitu, penyair sentiasa berada di sisi mereka yang terlekat pada kebuntuan, baik harapan mahupun keinginan untuk menyambung nafas sehari hingga esoknya. Harapan ini terlukis dengan jelas dalam puisi Ranah Minang karya penyair Jakarta Fikar W. Eda: Tanah gembur itu memanggil mereka puang Mari siapkan ruang Untuk doa dan kemuliaan Denting jam gadang Terasa lambat di ujung waktu Maghrib tentu syahdu kali ini Daripada sudut yang membahagikan dua kutub atas pelantar yang sama (satu di pangkal dan satu lagi di hujung), penyair Irwan Abu Bakar menyelaraskan perbezaan dalam satu kesamaan: antara penerimaan ketetapan Ilahi dengan pengajaran terhadap kelemahan diri yang Tuhan laknati. Dalam puisi, Luka Gegar Gempa, Derita Duga Laknat, terungkap kesamaan yang berbeza ini:Aku berdiri di Padang lapang luas terbentang di depan Tuhan musibah di Padang jelas terpampang di daulah pinjaman ada derita Tuhan menduga, ada luka Tuhan melaknat ini takdir buat hamba-Nya, dalam rencana-Nya, pasrahlah tuan. Banyak sajak mengisahkan kegelisahan dalam pencapaian hidup yang terhalang di hujung waktu, walaupun sifat hidup ini masih belum boleh dianggap terasing, malahan akrab betul pada masa yang tetap bersedia menyambung kehidupan seterusnya dalam gerak yang masih segar, bukannya penantian yang sedang menunggu hari kiamat. Horizon yang diterokai oleh penyair menyangkut realiti kehidupan yang masih jauh untuk matang. Keadaan yang wujud menjadikan kehidupan masih di ambang muda, di pintu nostalgia yang mengental lama dengan liku-liku hitam dan kelabu. Masalahnya, apakah proses pengentalan melawan liku-liku hitam itu cukup bertenaga untuk mentransformasikan keburukan kepada kesederhanaan minimum yang tertanggung ke atas pemangsa alam? Mahu tidak mahu, kata penyair, arus laut tetap ganas, dan tidak berhenti-henti mengganas meskipun ada kerajaan ikan yang tenang di bawahnya. Ketenangan yang dinikmati ikan-ikan inilah perlu diteroka oleh mereka yang ditimpa mala petaka itu. Ikan tidak mampu menguak keganasan ombak. Mereka mesti terus mencari di mana sahaja ada lompang yang tenang atau yang kurang ngeri di dasar laut seluas mata memandang itu. Mereka tidak boleh putus harapan, meski terkadang terasa mahu memutuskan kehidupan melalui proses kematian. Akan tetapi kematian bukan pilihan manusia yang sedang hidup. Manusia yang hidup di dunia ini tidak berjuang untuk kematian, kecuali kehidupan baru yang mengantarai kematian. Kematian ini masih tetap hidup sifatnya, kerana dalam proses perpindahan entiti kepada entiti yang lain, keinginan untuk masuk syurga tetap ada. Apakah pilihan orang yang ingin masuk syurga? Jawapannya ialah keinginan untuk terus hidup. Kemujaradan semua ini tersimpul dalam puisi Pause musibah negeri karya Jack Efendi. Puisi dipilih kerana liputan persepsi di dalamnya: Rupanya Engkau bercanda lagi Tuhan aku bertanya kepada-Mu Musibah ini menimpa kepada kami, sebagai balasan atau dosa-dosa kami? Atau karena ujian bagi diri kami? Ataukah ini sudah menjadi kehendak-Mu Sebagaimana yang terurai dalam kalam-Mu “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, rang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillahahi wa inna ilaihi raaji ‘uun”Kesimpulan Dalam keadaan apa pun kita berada, atau dalam kita sentiasa dianugerahi Tuhan, sama ada sedang menikmati ketenangan alam atau mala petaka, kita harus terus merancang untuk hidup yang lebih lama. Keinginan ini harus bangkit daripada kewujudan alam melalui akal budi dan pertimbangan yang tidak menolak peruntukan Allah kepada kita. Perutusan inilah yang disampaikan oleh kebanyakan penyair dalam antologi Musibah Gempa Padang, terutama untuk penduduk Pariaman. Kemala dan beberapa penyair lain menggunakan sajak sebagai medium pengucapan rasa dan emosi untuk menuangkan kegelisahan luar sangkaan melalui etstetik bahasanya. Antara puisi yang terindah ialah puisi Antara Padang dan Periaman ciptaan Akmal Jiwa. Puisi ini memuatkan kehalusan emosi yang terulit pada kata-kata yang digunakan di permukaan wacana. Kehalusan maknanya, atau seni tafsirannya, tersusun dengan rapi pada aras dalaman semiosis: Kutatap lagi alam Minangkabau yang asli Kutatap alam batini yang ghaib Hijau adalah sakhlat Firdausi Ngarai menjurai Air terjun Lembah Anai Menayang wajah nan permai. Engku, Sutan, Bagindo, Putri dan Dewi Kulipat makrifat dalam dasawarsa Kalau terlipat belati darah kering di muncungnya Bayang Cinta tak sudah, tibakah alamat Langit? Tujuh lembar senja rawan merintih Bibir pautan meluka Digesek piala sumbing kekasih. Sebelum gempa bumi Minangkabau Akmal menjejak tapak meremas pasir pantai kemarau.Pengucapan kegelisahan yang didendangkannya itu bersaksi antara ketidak-pastian dan harapan yang panjang, yang getir untuk kembali menyusuri hutan pantai kehidupan yang lebih puas hingga ke gigir air pulau-pulau yang sentiasa berkocak. Pergolakan air di lautan menyangsikan kemugkinan yang positif buat masa terdekat. Perjuangan kedekatan ini bukan lagi matlamat kehidupan baru, kecuali perlu semula bertatih untuk menjadi remaja meski kemudiannya tidak semudah menjadi dewasa. Harapan yang berbingkaikan kegigihan dalam usaha untuk meneruskan minat dan niat untuk melupakan saat-saat hitam yang dilalui merupakan antara kulit dan isi perjuangan kesemua penyair Nusantara. Simpati dan perkongsian pengalaman menjadi akar semua puisi dalam antologi Musibah Gempa Padang ini. Bibliografi: Ahmad Kamal Abdullah (1993), ‘Puisi Melayu Mutakhir: Langkah Keindahan Dan Kebijaksanaan’ dlm Telaah Sastera Melayu: Himpunan Kertas Kerja Minggu Sastera Malaysia di London 1992. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka.Arbak Othman (2008), Semiotik. Seri Kembangan: Citra Kurnia Enterprise.Cook, G. (1994), Discourse and Literature. Oxford: Oxford University Press. Edwards, D. (1997), Discourse and Cognition. London: Sage.Fauconnier, G. (1997), Mapping in Thought and Language. Cambtidge: Cambridge University Press. Gibbs, R. (1994), The Poetics of Mind: Figurative Thought, Language and Understanding. Cambridge: Cambridge University Press. Ortony, A. (1993) (Ed.), Metaphor and Thought. Cambridge: Cambridge University Press.Stockwell, P. (2002), Cognitive Poetics, An Introduction. London: Routlege.Tsur, R. (1992), Toward a Theory of Cognitive Poetics. Amsterdam: North-Holland. Werth, P. (1999), Text Worlds: Representing Conceptual Space in Discourse. Harlow: Longman.